Tarian Sufi Dan Puisi Berpadu Di Malam Pembukaan Pertemuan Penyair Nusantara XIII 2025

FOTO: Imam Ma'arif Penyair Indonesia Saat Pembacaan Puisi Di Acara Pembukaan Pertemuan Penyair Nusantara XIII di TIM Jakarta. (Dokumentasi ArahMerdeka)

JAKARTA – Malam Pembukaan Pertemuan Penyair Nusantara XIII di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki , DK Jakarta pada 11 September 2025 berlangsung sangat meriah dan penuh keakraban antar peserta dari berbagai daerah di Indonesia dan Mancanegara seperti Malaysia, Brunei Darusalam, Singapura, Thailand, Timor Leste, dan lainnya.

Acara dimulai dengan upacara penyambutan dan selamat datang dengan Tradisi Sapun oleh sastrawan Betawi, Yahya Andi Saputra dan Grup Musik Galeri Betawi di Lobby Teater Kecil. Setelah itu peserta masuk ke ruang acara disambut kesenian betawi Gambang Kromong Grup Sinar Muda Pimpinan Bapak Wahab.

Sebelum acara resmi pembukaan, para peserta dari Indonesia dan Mancanegara bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya. Lalu berturut-turut sambutan dari Ketua Panitia PPN XIII Ahmadun Yosi Herfanda, Sambutan Ketua Dewan Kesenian Jakarta Bambang Prihadi, Sambutan Wakil Gubernur DK Jakarta H. Rano Karno S.IP yang diwakili oleh Kepala Dinas Kebudayaan DK Jakarta Mochamad Miftahulloh Tamary, Sambutan Menteri
Kebudayaan RI diwakili oleh Direktur Pengembangan Budaya Digital.

FOTO: Malam Pembukaan Acara Pertemuan Penyair Nusantara XIII. (Dok. Tora Kundera)

Acara dilanjutkan dengan Pembukkan Pertemuan Penyair Nusantara (PPN) XIII 2025, Jakarta dan Peluncuran Buku Antologi Puisi PPN XIII. Penyerahan Souvenir dari
Kemenpar ke Panitia sekaligus pemberian piagam dari Panitia kepada Kementerian Pariwisata.

Yang membuat suasana ruang pertunjukan semakin menarik adalah penampilan pembacaan puisi dari para penyair ternama dan perwakilan penyair mancanegara yang turut hadir sebagai peserta rangkaian PPN XIII dari tanggal 11-14 di Jakarta, yaitu S.T. (Bupati Bireuen), Samsudin Said (Singapura), LK Ara (Aceh/Indonesia), Ibu Nusanwai Ha’
(Thailand), Sutardji Calzoum Bachri (Indonesia), Lim Swee Tin (Malaysia), dan Ibu Helvy Tiana Rosa (Indonesia).

Puncak pertunjukan yang membuat para penonton terpukau takjub ketika pembacaan puisi Imam Ma’arif (Indonesia) yang memadukan Tarian Sufi dan Layar Animasi Kosmik saat pembacaan.

Sekilas Sejarah Pertemuan Penyair Nusantara

Sekitar 18 tahun lalu, pada 2007, gagasan Pertemuan Penyair Nusantara (PPN) lahir di Medan. Saat itu, sekitar 50 penyair dari lima negara Asia Tenggara—Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, dan Thailand—berkumpul atas prakarsa Laboratorium Sastra Medan. Dari pertemuan inilah lahir tekad untuk menjadikan puisi sebagai pengikat persaudaraan lintas bangsa.

Sejak awal, PPN dimaksudkan tidak hanya sebagai ajang silaturahmi para penyair, tetapi juga sebagai forum untuk saling mengenali, memahami, dan mengapresiasi perkembangan perpuisian di kawasan. Kesepakatan bersejarah pun ditandatangani oleh tokoh-tokoh sastra dari lima negara, termasuk Mohamad Saleeh Rahamad dan S.M. Zakir (PENA Malaysia), Viddy AD Daery dan Ahmadun Yosi Herfanda (KSI Indonesia), Afrion (Laboratorium Sastra Medan), Zefri Ariff (Asterawani Brunei Darussalam), Nik Rakib bin Nik Hassan (Nusantara Studies Thailand), serta Djamal Tukimin (Asas 50 Singapura).

Dari Medan, perjalanan PPN terus berlanjut ke berbagai kota dan negara: Kediri, Brunei Darussalam, Kuala Lumpur, Palembang, Jambi, Singapura, Thailand, Tanjung Pinang, Banten, Kudus, hingga kembali ke Kuala Lumpur, dan tahun 2025 ini Jakarta dipercaya menjadi tuan rumah. Hingga kini, sudah 13 kali PPN digelar.

 

Salah satu tonggak penting terjadi di Kuala Lumpur, ketika istilah “Pesta Penyair Nusantara” diganti menjadi “Pertemuan Penyair Nusantara” agar kegiatan ini tidak hanya dipandang sebagai ajang seremonial, melainkan forum yang lebih bermakna.(HS)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini