Puisi-Puisi Herry Tany

BARISAN NISAN PARA SYUHADA
Herry Tany

betapa angkuhnya
tuan nyonya di hadapan tv 21 inchi
menonton barisan nisan yang menangis
menderita
menahan luka mendalam
terampas hak jiwanya
terkubur tanpa nama

jangan biarkan aku mati terlalu dini
jangan pula sedetik pun izinkan aku berhenti
mengunjungi puing-puing reruntuhan gaza yang porak poranda
tanpa sebilah keris kalam terhunus

matahari terlalu pagi mengkhianati
pena terlalu cepat terbakar
kemungkinan terbesar sekarang adalah memperbesar kemungkinan
pada ruang ketidak-mungkinan

sehingga setiap orang yang aku temui tak menemukan lagi satu pun sudut kemungkinan untuk berkata “Tidak Mungkin!”.

tanpa darah
mereka mengering
sebelum mata pena berkarat
sehingga keadilan tak mungkin lagi mengebiri pagi untuk mengkhianati

ada yang lebih tajam dari sebilah pisau
lebih mematikan dibandingkan racun
lebih cepat dari sebutir peluru
lebih dari semuanya
adalah kekejaman para zionis

aku menolak kembali
negeri drakula menghisap darah
sebelum semua paru disesaki tragedi
dan pengulangan yang menemukan maknanya sendiri
kepalkan tangan mengacung ke langit
hanya kata lawan jawabannya

Jakarta, 28-12-24

 

TEH DAN PUISI PARA DEMONSTRANS
Herry Tany

siang ini hujan turun seperti suara
dari megaphone deras menyuarakan tuntutan
langit gelap mewujud malam
siang malu menampakkan muka
tubuh basah baju basah tapi hati panas
menunggu para wakil rakyat keluar
menemui demonstran

seorang ibu penjual teh seduh menghampiriku
menawarkan dagangan
dengan gelas plastik
teh aku pesan datang
tapi lama kupandangi terus menerus

teh belum kuteguk sedikit pun
hampir hilang hangatnya
nikmatnya mungkin sudah pudar
karena imajinasi dalam kepalaku
masih tertuju pada selembar kertas
tuntutan yang meraung raung basah

dalam hatiku sepi sedih perih
menggores-gores tanah
mengepalkan tinju ke tembok
dengan jemari gemeretak tak patah
tanah kucabik di sebatang kayu
membentuk kata puisi berbunyi:
“duduk tertindas atau mati melawan”

tenunan panji-panji hampir koyak
menunggu janji-janji manis para borjuisi
di balik dasi dan topeng halusinasi ditepati

kepada garda terdepan
bagai anak panah menembusi panas
segelas tehku tumpah
memaksa terus terjaga dan berteriak
woi …. bajingan yang lupa tuhan?!
keluar kalian dari gedung pesakitan itu!
kami menuntut segera cawe cawemu
di masa pemilihan umum

gelas teh kugenggam telah kosong
imajinasiku berontak atas goresan puisi
di atas tanah yang menangis
menuntunku menuntut sampai
tetes darah penghabisan
berharap keadilan diberi
sejahtera milik kami

di depan mata
sebatalyon prajurit gagah
berbaris dengan senjata-senjata terhunus
aku tetap di baris terdepan
teh hangat telah kulupakan
sebab emosi menjadi senapan
puisi jadi peluru menembusi gedung berbentuk seni kemaluan
semalu itukah kalian tak sadar diri

Herry Tany
Jakarta, 13 Mei 2025

 

 

DI MANA SAMPEYAN WIJI THUKUL
Herry Tany

di mana sampeyan wiji?
pulanglah!
daun-daun membisu kehilanganmu
langit menangis mengingatmu
apakah perjalanan sampeyan masih jauh?
kata mereka cuma selenggang

kami kangen kamu
baca puisi lagi di reboan seni
seperti sajak suara buruh mengaduh
atau lirik para petani
yang bercerita tentang hilang tanahnya

bertanya pada mereka pun
selalu bersembunyi di ketiak kekuasaan
alasannya bla bla bla dan bla

sepi rasanya tak ada nyanyian akar rumput
dan teriakan kata ‘lawan!’
atau imajinasi liar yang kau buat
tentang puskesmas memberi obat sama
pada semua penyakit

kini senja gosong tinggal abu
jari gemertak dalam kepalan
darah sudah naik sampai ubun-ubun
tunas-tunas muda kini bermekaran berteriak mencari keadilan

kembalikan thukul
biarkan kami berkumpul
menyeruput teh hangat
di warung mbok minah langganan kita
sambil menyusun kekuatan
demi menegakkan keadilan

pulanglah wiji thukul!
persaudaraan kita tak akan pernah putus
dan perjuanganmu akan kami teruskan.

Herry Tany
Jakarta, 130525

 

Biodata diri:

Herry Tany adalah nama panggung nama sebenarnya adalah Hery Sunandar asal jakarta.

Aktif di dunia teater, akting dan sastra juga literasi diantaranya bidang Teater: Fias (1981), Teater Adegan (1985) , Semar Teater (1998), Karat Teater Jakarta (2016) Sindikat Aktor Jakarta (2021), Teater Cermin (2024 sampai sekarang).

Bidang Literasi : membuka bacaan gratis untuk orang-orang yang masih rajin membaca yaitu Bacaan Rakyat 33 (Barak 33) tahun 2010 – 2017.

Bidang Puisi : pernah mengisi berbagai pentas yang diadakan oleh Komunitas HB Jassin (TIM) tema Senja Berpuisi, Menyambut Reformasi ke 26 diadakan MPSI di Taman Ismail Marjuki, 100 Pembaca Puisi Wiji Thukul di Taman Ismail Marjuki yang diadakan Jaker, HUT Wiji Thukul ke 26 di Gedung Kesenian Jakarta dan masih banyak lagi.

Membangun sastra juga teater dan ikut ke dalam organisasi seni budaya di antaranya Ruang Komunikasi Seniman Indonesia (Ruko Seni), Komunitas Pinggir Kali (KPK), Sanggar Kampung Laksa (Sangkala), Doeta Teater, Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (Jaker).

Email. herrytany30@gmail.com
WA, 0821 1886 3315

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini