Pertunjukan Seni Swara SeadaNya Dari Komoenitas Makara Bikin Dedi Mulyadi Menangis Haru di Kampus FIB UI

FOTO: Ketua Komoenitas Makara Fitra Mananbersama Gubernur Jawa Barat Kang Dedi Mulyadi dan Dekan FIB UI Dr. Bondan Kanumoyoso, M. Hum S.Kom

DEPOK – Kelompok musik etnik Swara SeadaNya dari Komoenitas Makara membuat Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi terharu saat memberikan kuliah umum di kampus Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Dalam kuliah umum bertema “Nilai-Nilai Budaya dan Tata Kelola Pemerintahan” ini Kang Dedi Mulyadi, begitu ia kerap dipanggil, berpidato selama kurang lebih 60 menit. Acara diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan penuh semangat, lalu dilanjutkan dengan pidato sambutan dari Rektor Universitas Indonesia Heri Hermansyah. Setelah rektor berpidato barulah kemudian kelompok musik etnik Swara SeadaNya muncul. Kelompok musik yang digawangi oleh Asep Rachman Muchlas (Suling dan Kecapi), Theresa Rida (Celempung,), Abrar Husin (Suling) Gunawan Wicaksono (Vokal, Puisi), dan Indonesiana Ayuningtyas (Tari Tradisional) ini membawakan musikalisasi puisi dari karya Ayi Suminar.

FOTO: Kamoenitas Makara menampilkan Swara Seadanya di acara Kuliah Umum Kang Dedi Mulyadi Gubernur Jawa Barat di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Musikalisasi puisi yang memadukan bunyi-bunyian khas tanah Sunda dari suling, celempung, dan kecapi ini dipadukan dengan puisi dan koreografi tari tradisional ini menghadirkan nuansa magis. Puisi yang dimusikalisasikan berjudul “Ibu Bumi Memanggil” karya Ayi Suminar ini menghadirkan diksi-diksi khas dan ilustrasi cerita tentang cinta tanah air dan juga cinta kepada leluhur bangsa ini. “Sebenarnya kuliah budaya saya sudah tadi, sama puisi itu, saya nangis dengar itu”, ujar Kang Dedi mengawali kuliah umumnya dengan menyatakan menangis menonton musikalisasi puisi yang dibawakan oleh Swara SeadaNya. “Puisi ini saya ciptakan secara spontan sebagai seruan atau panggilan terhadap kita semua untuk kembali pulang ke diri kita yang sesungguhnya, ke jati diri yang sudah diajarkan oleh para leluhur kita. Peradaban boleh berganti tapi nilai-nilai dan ajaran leluhur tetap harus dijaga”, ujar Ayi Suminar manajer Swara SeadaNya sekaligus sang pencipta puisi yang membuat Kang Dedi menangis. Adapun isi puisi karya Ayi Suminar tersebut adalah sebagai berikut:

“Ibu Bumi Memanggil”

Dari rahim ‘Ibu’ yang sunyi
lahirlah bunyi
lirih, menyusup akar
gemanya menyapa
hutan, sawah, dan leuwi yang sabar..

Celempung dan suling bersuara,
bukan sekadar denting bambu tua,
tapi nyawa para Karuhun
yang menyulam angin,
dan menabur mimpi pada ladang yang ditinggal pagi..

‘Kami’ dengar swara rakyat
bukan teriak, bukan pekik
melainkan gumam penuh daya..tentang harga diri dan tentang jati diri..

Tanah ini tidak butuh dibangun tinggi
ia ingin disapa, disirami, dan dimaknai kembali
pada siapa kita dahulu,
dan ke mana hendak menuju

Celempung menabuh pesan
dari tanah yang hendak bicara
dari suara yang nyaris dilupa
hingga akhirnya didengar juga..oleh rakyat…. INDONESIA

Adapun Komoenitas Makara, tempat Swara SeadaNya bernaung itu sendiri adalah sebuah komunitas yang berkolaborasi dengan Makara Art Center Universitas Indonesia dengan pembina Dr. Ngatawi Al Zastrouw dan diketuai oleh Ibu Fitra Manan. Komunitas ini berkegiatan dengan mengedepankan pemajuan terhadap seni dan budaya Nusantara.
“Penampilan Swara SeadaNya yang merupakan bagian dari Komoenitas Makara sebagai pembuka kuliah umum Gubernur Jawa Barat, kang Dedi Mulyadi di FIB UI bertajuk Nilai-Nilai Budaya dan Tata Kelola Pemerintahan bukan hanya sekadar hiburan, melainkan sebuah jembatan yang menghubungkan kita dengan kekayaan warisan leluhur. Mereka adalah penjaga tradisi, pengantar kearifan lokal, dan pengingat bahwa di tengah arus modernisasi, identitas budaya kita adalah harta yang tak ternilai. Melihat bagaimana kelompok ini tampil, kita diingatkan bahwa budaya adalah denyut nadi suatu bangsa. Mereka membawa bukan hanya irama dan melodi, tetapi juga semangat kebersamaan, cerita masa lalu, dan harapan untuk masa depan. Ini adalah permulaan yang sempurna untuk sebuah diskusi yang mencerahkan, yang diawali dengan inspirasi dari warisan kita sendiri.”, tutur Ketua Komoenitas Makara Fitra Manan.(nia)

 

 

(Rilis Komoenitas Makara)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini