
UBUD, BALI [ArahMerdeka] — Ubud Writers & Readers Festival (UWRF), yang akan diselenggarakan pada 29 Oktober hingga 2 November 2025, telah meluncurkan penjualan tiket early bird dan mengumumkan jajaran pertamanya, yang menampilkan para pemenang Booker Prize dan beberapa tokoh sastra paling terkemuka di Indonesia.
Dikenal di seluruh dunia karena programnya yang beragam dan menghadirkan kedekatan personal, Festival ini akan kembali menghimpun para penulis dan pemikir terkemuka dari berbagai penjuru dunia untuk lima hari penuh berbagi gagasan dan terlibat dalam diskusi yang bermakna. Mengangkat tema Aham Brahmasmi, sebuah konsep Sansekerta yang diterjemahkan sebagai I am the Universe, program ini akan menyelami hubungan antara diri individu dan kosmos, dengan mengakui bahwa setiap orang mempunyai potensi kreatif yang sama dengan alam semesta itu sendiri.
Jajaran internasional pertama menghadirkan tokoh-tokoh sastra ternama, termasuk para pemenang International Booker Prize 2025. Salah satunya adalah penulis asal India dan aktivis hak-hak perempuan, Banu Mushtaq, yang meraih penghargaan bergengsi tersebut lewat kumpulan cerita pendek pertamanya, Heart Lamp, yang diterjemahkan oleh sesama pemenang, Deepa Bhasthi. Hadir pula penulis asal Jerman, Jenny Erpenbeck, peraih International Booker Prize 2024 melalui novelnya Kairos, yang mengisahkan sebuah hubungan dengan latar runtuhnya Jerman Timur.
Festival ini juga akan mempertemukan para maestro nonfiksi dengan pemikiran yang sama tajamnya, termasuk esais dan novelis kelahiran Inggris, Pico Iyer, yang karyanya mencakup berbagai topik mulai dari mistisisme hingga geopolitik; novelis Amerika peraih penghargaan, Omar El Akkad, yang dikenal lewat karya distopia mencekamnya, American War; serta penulis asal Belgia, David Van Reybrouck, pengarang Revolusi, sebuah buku yang terpilih sebagai Financial Times Best Book of the Year, yang mengurai perjuangan kemerdekaan Indonesia setelah tiga abad penjajahan Belanda.
Kembali ke Ubud, hadir sejumlah tokoh yang dikenal luas dari kancah fiksi kontemporer Indonesia, termasuk dramawan dan penyair asal Indonesia Timur, Shinta Febriany; penulis sekaligus pemenang Chommanard Women’s Literary Award 2024, Ratih Kumala, yang akan membahas karya terbarunya, Koloni; serta penulis asal Bali, Ni Made Purnamasari. Ketiga penulis ini juga ditunjuk sebagai kurator untuk Program Emerging Writers Festival 2025.
Mereka akan bergabung dengan penulis perjalanan Indonesia yang prolifik, Agustinus Wibowo, yang mengeksplorasi identitas melalui perjalanan ke perbatasan-perbatasan terpencil; penulis asal Bali, Ni Nyoman Ayu Suciartini, yang karya-karyanya telah berulang kali memenangkan kompetisi sastra nasional; serta mantan Emerging Writer UWRF yang kini dikenal sebagai novelis yang giat berkarya, Juli Sastrawan, yang mengeksplorasi persinggungan antara fiksi dan memori sejarah melalui karya-karyanya.
“Kami dengan bangga memperkenalkan jajaran pertama para bintang internasional bersama para pencerita Indonesia yang luar biasa, yang akan berkumpul di Ubud selama akhir pekan panjang selama empat hari,” ujar Direktur Artistik sekaligus Pendiri Festival, Janet DeNeefe. “Apa yang bermula sebagai inisiatif komunitas untuk merespons peristiwa bom Bali pertama kini telah tumbuh menjadi pusat global bagi ide, pengalaman, dan pemberdayaan. Ini adalah ruang ideal untuk saling berbagi lintas budaya, sebuah hal yang semakin penting di masa kini.”
Menggemakan antusiasme ini, Gustra Adnyana, yang mengurasi program Indonesia, menambahkan, “Festival ini begitu istimewa karena keberagaman pembicara dan penontonnya, lokasi yang memesona, serta keramahan khas Bali. Kami terus menjadi platform terdepan dalam menampilkan penulis dan seniman nasional, baik yang sedang tumbuh maupun yang telah mapan, untuk membangkitkan minat terhadap sastra, seni, dan film Indonesia.”
Bergabung dengan tim program sebagai Manajer Program Internasional yang baru adalah Namal Siddiqui, yang membawa pengalaman dalam mengkurasi program untuk Emirates Literature Foundation, Emirates Airline Festival of Literature, dan berbagai yayasan seni di seluruh UAE. Sebagai penyair, ia telah mempelopori kolaborasi seniman dan inisiatif yang berfokus pada komunitas. Ia akan menjadi ko-kurator program internasional bersama Janet DeNeefe dan Hannah Curtis.

Namal memulai peran barunya dengan visi yang jelas. “Festival tahun ini, sesuai dengan temanya, akan menawarkan eksplorasi yang inklusif dan komprehensif tentang isu-isu sosial-politik dan budaya terkini. Para penulis kami beragam, berasal dari seluruh dunia, baik yang telah meraih penghargaan maupun yang sedang berkembang, dan bersama dengan ko-kurator Hannah Curtis dan Gustra Adnyana, saya tidak sabar untuk berbagi Festival ini dengan semua orang,” ujar Namal Siddiqui.
“Kami sangat senang menyambut Namal Siddiqui sebagai bagian dari tim kami. Dalam banyak hal, ia mencerminkan semangat festival ini, berwawasan internasional dan seorang penyair yang berbakat. Saya yakin ia akan membawa banyak ide segar untuk program 2025, dan kami semua antusias bekerja bersamanya untuk menghadirkan sebuah Festival yang tak terlupakan,” tutup Janet DeNeefe.