arahmerdeka.com – Keadilan yang Tertunda, Solidaritas yang Menggema,Puluhan pendekar silat dari Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) memadati halaman Polda Metro Jaya pada Kamis, 16 Januari 2025. Mereka datang bukan untuk membuat kericuhan, melainkan memberikan dukungan moral kepada salah satu anggotanya, Eko Hendrianto, yang menjadi korban pencurian mobil dengan latar belakang penuh misteri.
Kasus ini bermula pada Juni 2024 di Terminal Kalideres, Jakarta Barat. Mobil Eko, yang diparkir di lokasi resmi terminal, hilang tanpa jejak. Kejadian itu diduga melibatkan oknum organisasi masyarakat (ormas) yang mengatasnamakan perusahaan leasing. Lebih dari enam bulan berlalu, kasus ini masih menggantung tanpa penyelesaian.
Korban Bicara: “Saya Hanya Ingin Keadilan”
Di tengah kerumunan pendekar PSHT dan awak media, Eko Hendrianto tak bisa menyembunyikan rasa kecewanya. Mobil yang menjadi korban pencurian itu masih dalam status kredit dan ditarik secara paksa oleh seseorang yang mengaku dari pihak leasing. Namun, fakta berkata lain.
“Setelah saya telusuri, ternyata pelaku bukan dari perusahaan leasing. Mobil saya ada di parkiran resmi, semua dokumen lengkap, tapi tetap saja diambil paksa. Ini benar-benar merugikan saya,” kata Eko dengan nada getir.
Eko menjelaskan bahwa insiden terjadi di malam hari, saat area terminal sepi. Ia berharap besar agar kepolisian segera bertindak menangkap pelaku dan mengembalikan mobilnya.
Gelar Perkara dan Fakta Baru
Merespons laporan Eko, Polda Metro Jaya segera menggelar perkara khusus. Damianus Jefry Sagala, kuasa hukum Eko, mengungkapkan adanya fakta baru yang memperkuat posisi kliennya sebagai korban.
“Pihak leasing sudah menegaskan bahwa pelaku tidak memiliki hubungan dengan mereka. Ini menunjukkan bahwa tindakan tersebut adalah pencurian yang mengatasnamakan leasing,” ujar Damianus.
Ia meminta polisi segera menindak tegas pelaku agar kasus serupa tidak terulang dan memberikan efek jera kepada pihak-pihak yang mencoba bermain di wilayah hukum abu-abu.
PSHT: Solidaritas Tanpa Kekerasan
Puluhan pendekar PSHT yang hadir di Polda Metro Jaya menegaskan bahwa kehadiran mereka adalah bentuk solidaritas, bukan untuk memicu konflik. Mereka percaya bahwa hukum akan berjalan jika transparansi ditegakkan.
“Kami hanya ingin memberikan dukungan kepada saudara kami. Persaudaraan ini bukan sekadar nama, tapi simbol kekuatan kami dalam melawan ketidakadilan,” ujar salah satu anggota PSHT yang enggan disebutkan namanya.
Para pendekar juga berharap aksi damai mereka menjadi pengingat bahwa hukum harus berpihak pada kebenaran, bukan kepentingan tertentu.
Tantangan Penegakan Hukum
Kasus pencurian mobil ini mencerminkan betapa rentannya penegakan hukum ketika oknum tertentu memanfaatkan celah untuk kepentingan pribadi. Kasus ini tidak hanya menjadi ujian bagi Polda Metro Jaya, tetapi juga cerminan bagaimana hukum harus ditegakkan tanpa pandang bulu.
Masyarakat kini menunggu langkah konkret dari pihak kepolisian. Harapan besar ada pada aparat untuk memastikan keadilan ditegakkan dan memberikan rasa aman bagi warga, terutama mereka yang menjadi korban seperti Eko Hendrianto.
Keberadaan puluhan pendekar PSHT di Polda Metro Jaya bukan sekadar dukungan moral, tetapi juga suara lantang masyarakat: keadilan tidak boleh menjadi barang mewah yang sulit dijangkau.( Rando )